Rasulullah Teladanku, Siapa Teladanmu?

0 Comments

Oleh: Arsyis Musyahadah

 

Fakta Yang Memprihatinkan

Ahad, 27 Desember 2015. Aliando Syarif mengadakan mini konser di sebuah mall di kawasan Surabaya, Jawa Timur. Konser tersebut menimbulkan kericuhan di kalangan penonton. Terdapat sekitar 40 penggemar yang jatuh pingsan karena berdesak-desakan dalam konser tersebut. Pasalnya, kondisi ruangan mall tidak maksimal untuk menampung banyaknya penonton yang membludak dari lantai dasar hingga lantai atas mall.

Fakta di atas adalah satu dari sekian konser yang diselenggarakan dan menimbulkan kegaduhan serta korban yang berjatuhan.

Dalam kejadian konser tersebut bukan dilakukan oleh remaja yang tidak bersekolah. Tapi dihadiri oleh mereka yang duduk di bangku sekolah.

Inilah dilema yang menjadi keprihatinan dunia pendidikan di negeri ini. Apakah ada yang salah tentang pendidikan atau metode yang diajarkan di rumah maupun sekolah? Hingga fenomena tersebut harus terjadi pada remaja kebanyakan.

Apakah para pendidik tidak menyampaikan bahwa hal itu tidak pantas untuk dilakukan sebagai seorang Muslim.

Kecintaan mereka terhadap seorang artis atau selebriti hampir-hampir sampai pada tingkat kefanatikan. Puluhan korban yang berjatuhan yang terjadi pada konser tersebut membuktikan bahwa, para fans akan rela melakukan apa saja untuk bertemu dan berjumpa dengan para idolanya. Para fans akan rela memberikan apa saja yang ia miliki, agar ia dapat berjabat tangan dengan idolanya. Pertanyaannya, jika kepada artis saja mereka berani berkorban, apakah mereka selama ini juga sudah berkorban segalanya untuk Allah, Rasul-Nya dan keluarganya?

Obsesi mereka sebagai wujud kecintaan mereka pada sang idola, terkadang membuat mereka melakukan hal-hal yang tidak masuk akal.

Tingkat kefanatikan itu sampai pada mengagung-agungkan dan memuja-muja para idolanya. Mereka rela datang dari daerah yang jauh, dengan berpanas-panasan hanya untuk menunjukkan bahwa mereka adalah para fans yang setia.

Jika mereka ditanya apa kebiasaan dan bagaimana biografi artis yang diidolakan, maka dengan sergap mereka menjawabnya. Akan tetapi jika ditanya bagaimana shiroh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam, dengan tergagap-gagap mereka menjawab, dan belum tentu jawaban mereka secepet pertanyaan sebelumnya.Sikap berlebihan seperti itu, bukanlah pribadi muslim yang sesungguhnya.

Rasulullah Sebagai Teladan

Dalam Islam, orang yang paling berhak diidolakan hanyalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam , manusia sempurna yang pantas ditiru segala ucapan dan perbuatannya. Manusia pilihan Allah yang dijadikan teladan bagi seluruh umat di sepanjang zaman. Rasulullah dengan segala kharismanya, perjuangannya untuk menjunjung Islam, sikap lembut kepada sahabat dan umatnya, sikap tegasnya sebagai pemimpin.  Rasulullah adalah sosok ideal di kehidupan ini. Surga yang dijanjikan Allah tak membuat semangat ibadahnya memudar.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً

“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatngan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (Q.S Al-Ahzab [33]: 21)

Begitu seringnya beliau menahan diri dari tempat tidur dan makanan. Begitu juga kesederhanaannya dalam berpakaian. Juga alas kaki yang dipakainya pun tidak pernah terlihat mewah. Tak pernah ia memakai sepatu selain waktu mendapat hadiah dari Najasyi. Sungguh pun beliau menahan diri dari kenikmatan duniawi, itu bukan berarti beliau menyiksa dirinya sendiri. Akan tetapi Rasulullah ingin memberikan teladan kepada manusia, bahwa hidup tak dapat diperbudak oleh kekayaan, harta benda dan kekuasaan atau apa saja yang menguasainya selain Allah.

Puluhan ribu Muslim Cecknya berkumpul di Kota Grozny menunjukkan rasa cinta pada Nabi sebagai pembelaan pada pelecehan Tabloid Carlie Hebdo bulan Januari 2015 lalu

Kisah Rasulullah adalah potret nyata dari interpretasi Al-Qur’an. Rasulullah juga mengajarkan bahwa seorang pendidik tidak hanya mengajar dengan berbicara kepada anak didik. Akan tetapi, juga harus disertai dengan tindakan dan aplikasi nyata untuk membenarkan teori yang diajarkannya.

وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ

“Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” (QS: Al-Qalam: 4)

Mengenai ayat tersebut, dalam kitab Tafsir Al-Qur’an Al-Adhim, Ibn Katsir menjelaskan, Al-Aufi meriwayatkan dari Ibn ‘Abbas “Sesungguhnya engkau benar-benar berada di dalam agama yang agung, yaitu Islam.” Demikian juga yang dikatakan oleh Mujahid, Abu Malik, as-Suddi, dan ar-Rabi’ bin an-Nas. Ma’mar menceritakan dari Qatadah, ‘Aisyah pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah, maka dia menjawab “ Akhlak beliau adalah Al-Qur’an.”

Sebagaimana yang ditegaskan dalam kitab ash-Shahihain, Anas berkata “Aku pernah melayani Rasulullah selama sepuluh tahun, selama itu pula beliau tidak pernah mengatakan ‘Ah’ sama sekali padaku. Dan tidak juga beliau mengomentari sesuatu yang aku kerjakan dengan mengatakan, ‘Mengapa engkau tidak mengerjakannya?’. Rasulullah adalah yang paling baik akhlaknya. Beliau tidak pernah memakai kain bulu yang ditenun sutera. Tidak ada yang lebih lembut dari telapak tangan Rasulullah. Dan aku tidak pernah mencium bau harum dan wangi-wangian yang lebih wangi dari keringat Rasululullah.”

Umat muslim memiliki orang yang nomor satu untuk diidolakan. Rasulullah dengan segala kelebihannya tidak serta merta ia menjadi tinggi hati. Dengan segala janji Allah yang diberikan kepadanya, membuatnya lebih rendah hati.

Umat muslim tidak diperbolehkan mengambil tokoh yang diteladani selain Rasulullah. Umat muslim tidak diperbolehkan menjadikan seseorang sebagai idola selain Rasulullah. Umat Muslim tidak boleh mencintai seseorang melebihi cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya.

Namun demikian, mengidolakan Rasulullah bukan berarti memberlakukannya sebagaimana selebriti yang diidolakan, bukan berarti harus meneriakkan namanya di tengah lapangan, bukan harus memujanya hingga sedemikian rupa.

Mengidolakan Rasulullah cukup dengan meneladaninya dan menjalankan sunnah-sunnahnya, melakukan apa yang menjadi perintah-Nya dan menjauhi apa yang menjadi larangan-Nya. Dalam beribadah, kita harus mencontoh Rasulullah.

Sebagaimana Rasulullah bersabda, “Shalatlah sebagaimana kalian melihat aku shalat.” Dalam bermuamalah, Rasulullah memberikan teladan yang baik. Dalam kepemimpinan, Rasulullah adalah figur pemimin bagi umat muslim. Dalam hidup sehat, kita harus meniru kiat Rasulullah.

Keteladanan yang diajarkan Rasulullah adalah metode yang paling baik untuk membentuk karakter seorang muslim. Barangsiapa yang ingin berkarakter baik, maka teladanilah Rasulullah. Sebagai seorang mukmin, untuk membuktikan cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya, maka janganlah membuat mereka murka. Allah menjanjikan surga dan segala kenikmatan yang ada di dalamnya bagi para hamba-Nya yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika seorang mukmin mengaku cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, maka buktikanlah cinta itu dengan menaati semua perintah Allah dan menjalankah sunnah-sunnah Rasulullah.

“Dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (Q.S An-Nur 52).*

Penulis lulusan STISH  Putri, Balikpapan

 

Sumber:  https://www.hidayatullah.com/artikel/mimbar/read/2016/01/13/87328/rasulullah-teladanku-siapa-teladanmu.html

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *